Rabu, 22 Agustus 2012

"Pantaskah?

Standard
terkadang logika ku berfikir
terasa perih dan sangat memerih
lebih dari tertusuk belati
mungkin ini yang terlukis atas rasa gelisah ku
setiap kali terfikir
terang saja
terasa pedih
bukan karena aku ini patah hati
ataupun seperti di tolak cinta yang ku ingini
yah mungkin itu tak jau lebih sakit
dari apa yang teralami
aku iri ketika melirik dalam duniaku sehari hari
mereka yang mendatangi rumah Tuhan
dengan semangat dan penuh keikhlasan
nampak dari mereka berbinar binar wajah suci
tapi aku tak sedikitpun melihat
itu dalam diri yang begitu ku cintai
pemimpin yang ku harapi\dapat menjadi pengantar kami
mencium wangi surgawi
tapi apa yang ku hadapi
teriris ... dengan tubuh yang bugar semua tertinggali
apa yang menjdi kwajiban stiap diri pencipta ilahi
aku hanya terdiam
apa yang harus ku lakui
memahami diri ini pun terkadang kilaf meninggali
nmun apa hukuman yang kan terlewati untuk dirinya tak menyentuh sdkit pun
syarat yang tertulis dalam kitab Quran yang suci
aku menangis setiap hari
terfikir bagaimana menyadari sedang aku sendiri
tidak cukup kuat dan kekal menguasai
syariat agama ilahi
bgaimana bsa ku jelaskan dan menerangkan padanya
sdang diri ini lebih kerdil dari derajatnya
serasa ingin ku teriakan dalam diri
aku rindu tersirami smw hal berbau surgawi
yang tak sdkit pun aku ketahui
dalam atap ini
kekuatan ibuu menjadi penegarku cap kali
aku membenci dan ingin memarahi
beliau mungkin juga sangat lelah tuk mengajari
meneguri tpi seakan smw tuli
hanya sesaat terlaksanai
dan ketika terjalani selayak dia ituu sperti habibb terhormati
menyuruh dg suara lugas seakan memarahi
jika aku terkadang telatt menjalani
terkadang hati ini senang seperti itu jika bner terikrar trus dalam dirinya
nmun apa yang aku kagumi
tidaklah sejati dan abadi
tetaplah kekosongan dan kehampaan itu sellalu menjadi akhir dari
kesemuan impian ku
TUHAN aku hanya bsa bersujud terus mendoai
mudahkan perjalanan sakaratul mautku dan dirinnya sang pemimpin
meski tak sdkitku mennyentuh ayatmu
biarlah aku yang mengganti
akan ku peljari sebisa nafasku
Tuhan aku ingin engkau segera mengampuni
meski ku juga tak sempurnaa menjalani apa yang engkau Cintai
tpi jadikanlah diriku tetap dekat mencintaimu
yang ku harap segeralah tersadari dalam dirinya
bahwa semua akan kembali kepadamu

separuh jiwa yang pergi

Standard
biarkan saja seperuh jiwamu itu pergi
jangan menagisi atau bahkan mensesali
apa yang sudah terikat dalam raga itu
tetaplah menjadi pelengkap yang kekal
jangan membenci atau memarahi
kepergian itu tak kan slamanya sejati
akan ada saat kembali
jika karena memang tertakdiri
menjadi tulang rusukmu sehati
buanglah keraguan untuk tidak bisa memliki
itlah musuh yang harus kau lawn
saat berkonflik pada diri
yang perlu kau lakui
bertegarlah menjadi PENANTI
sebab apa yang sangat kau yakini
itulah bahagiamu sendiri
jangan berputus mendoai
jdlah penyemangat raganya yang akan berlari mengejar mimpi
kelak kau akan nikmati bersama
kenikmatan yang tak pernah terukuri
bersabarlah jangan melemahkan asa dalam hati
bisikan yang menjatuhi
segeralah kau harus bantahi
jangan memerih dalam kesedihan lara hati
itu hanya akan menambah luka diri
jadilah pemenang atas kekecewaan untuk hari ini
esok dan seterusnya manjadilah pribadi yang kekar di uji
tuhan akan adil akan perasaanmu ini

Jumat, 10 Agustus 2012

"Tegaslah Diri !"

Standard
akuu membutakan tatapn renunganku
kelu bibir berbicara merangkai senada syair 
ingin ku latunkan segema lagu perih memalsu
dunia begitu pintar berdalih menipu
tergiur bulatan sutra putih membungkus
seakan cerita dan kisah 
tertulis begitu suci terangkai
kegelisahan yang tak tegakkan diri 
di setiap jurang siksa senja ini
aku mencoba mengayuh suara hati tuk punahkan
yang jerumuskan kesesatan
hingga sampai buatkan ilusi
agar ku terbungkuk dalam kesuraman
jika saja mereka cerdas menilai
tak ada sekerumun jiwa yang teruntai untai rantaii terpasung
tak ada jeruji besi yang batasi kebebasan mereka menghirup
berbagai kenikmatan yang tersuguhkan
beruntunglah aku kembali meliciki
setiap panutan raga merayu
jika ku memilih api 
musnahlahh segala bentuk diri yang tercerai berai berlumur kepahitan
jika aku memilih untuk menenggak air suci
jejak langkah yang tersalahi akan ada yang menunjuki
arah yang lurus dan membahagiai
pribadi yang berpredikat bintang tertinggi
itulah yang ku impi
bukan menjadi pecundang abadi
yang terhujad binasa di setiap mata yang memandangi

"Unknown"

Standard
diam ini memedihkan
seperti tak ada obsesi membangkitkan
naluri yang terendap penuh kekecewaan
kemunafikan harusnya tak ku benarkan
tak juga aku persalahkan
bahkan tak tersesalkan
hanya menjadi ironi hati
perlukah ketegasan ?
namun aku tetap tuli mendegarkan
nasihat yang ku anggap hanya lelucon jenaka
sekiranya memang diri terbodohi
apa harus aku memaki membenci
lakon yang berlenggak lemah
tanpa harapan yang memajukan
tersimpan jga untuk apa
akankah masih terus ku pertontonkan
tangisan di setiap malam
yang menjerit mencekik nafas
perlukah aku meneriakkan
tatap lah dsini jiwa yang terenung kepastian
untuk apa ya sekedar hanya memberii jawaban
di tiap bait pertanyaan 
jika tak jua itu tersampaikan 
inikah sikapp hina yang kau tunjukkan
mungkin akan terpahami entah kapan
hingga nafas terhenti dan hati dinginn membiru
hingga sampai akhir perkataan terima kasih untuk luka yang tertorehkan
aku tersenyum atas kepalsuan dan kemanisan
seharusnya ini tak aku agungkan
tapi logika ku seakan tak pernah patah memujii membenarkan

Sabtu, 04 Agustus 2012

" perpisahan itu"

Standard
tiba sudah hari itu
perpisahan penuh yang seperti tertakutkan
dalam  renugku di tiap detikku
bersama gemburan ombak
lautan pasir terbawa hanyut dan tenggelamkan hingga dasar lelautan
mungkin ini yang akn ku gambarkan
seperti rasa ku yang sesak menahann
pekikann pilu entah tercerai beraii
tak memahami ilustrasi ini
apa yang akan terjawab nanti
tetap saja ku nantii dg senyumku
mungkin ingin ku ucapkan cap kali aku bertemu
tapi tertahan membeku tingkah itu
hanya menyembunyii dalam sakitku

Kamis, 02 Agustus 2012

"unknown"

Standard
celoteh kecil seringkali bersuara dalam batin
entah bagaimana aku mendekat
serasa ingin ku kejar dengan ambisi
namun itu tak mungkin aku lakui
bisa saja yang kutemui hina diri
harus apa aku disini
begitu perih tertahan emosi
ingin berteriak seorang diri
agar semua terpahami
hingga sampai permainan ini terakhiri
menjadi pemenangkah rasa ini
 atau hanya akan menjuluki pecundang sejati
meski dapat terprediksi
tetap saja terbodohi
tanpa bisa mencaci maki

"Kata tak Terucap"

Standard
mungkin ketika cinta bermuara
serasa engkau ingin mendayu 
sekuat tenagamu mengayuh jauh
mencoba tenggelamkan jasadmu
tanpa sebait tinta berpesan yang tertinggal
hari itu mungkin terakhir untuk ku menatapmu
gerlimang matamu tidak untuk ragaku
hingga sembam mata berganti sayup 
tak mampu memejam
kau tetap acuhi sebatas klaim itu
andai dirimu kembali menatap dan menoleh
tak beralih tuk pergi menjau
takka ada torehan luka dalam secubik hati 
    keingkaran apa yang sedang dipertontoni ?
selayak teka teki yang tak ujungkan jawaban
senada syair bergema mencoba bangkitkan
lamunan untuk tidak terinjak pilu
bahkan tetap tak cukup untuk ku gerogoti sembuhkan
mencoba enyahkan kehausanku
cukup membuat lapuk menghitam seperti abu yang tercerai berai
   seperti ini kah lukisan rasa yang pantas untuk ku ?
berapi dan menggeliad menjadi membenci
apa alibi hati yang akan ku buat
agar ku dapat senyumkan tabiatkku